Wednesday, March 7, 2012

Renungan Malam #Gereja Katolik


Renungan Malam

"GENGGAM ERATLAH TANGANKU DAN JANGAN KAU LEPAS LAGI"

by Gereja Katolik on Sunday, May 29, 2011 at 4:52pm

Sapaan seorang sahabat untuk para sahabat,
             Selama cinta hanya terungkap dalam kata, lagu dan syair maka itu bukanlah cinta tapi rumusan/definisi tentang cinta. Cinta harus terwujud dalam tindakan nyata, walaupun cuma genggaman di tangan, ciuman di pipi dan pelukan erat di tubuh.
             “Genggam Eratlah Tanganku dan Jangan Lepas Lagi,” diangkat dari pengalaman di station kereta api ketika saya terlambat keluar dari dalamnya tadi pagi setelah kembali dari misa pagi, tapi justru situasi seperti ini selalu menyediakan sesuatu bagiku untuk menulis kepadamu tentang apa yang terlihat mata dan tersimpan di hati.


“GENGGAM ERATLAH TANGANKU DAN JANGAN KAU LEPAS LAGI” 

Kring...kring...kring...tiba-tiba pintu hendak tertutup, aku melompat keluar dari kereta api. Untung saja aku terbangun ketika masih sempat mendengar bunyi peringatan penutupan pintu karena kereta akan berlanjut ke station berikutnya. Ini gara-gara semalam bergadang ria menonton pertandingan sepak bola MU vs Barca, tapi akhir bahagia karena Barca keluar sebagai pemenang...hehehehe...!


Tapi rupanya kejadian kecil ini membawa berkat bagiku untuk mempersembahkan tulisan kecil ini untukmu sebagai permenungan malam. Ketika aku hendak memutuskan untuk menaiki tangga keluar dari sebelah kanan, nampaklah dalam jarak 20 meter dari anak tangga pertama, ada sepasang kekasih yang berpegangan erat tangan sambil berjalan menuju tangga itu. Sesekali mereka berdua sambil pandang dan sepertinya keluar percikan-percikan cinta yang bisa saja hanya mereka berdualah yang tahu artinya. Si cewe mengalami cacat pada bagian kakinya sehingga jalannya susah banget, sedangkan si cowonya mengalami cacat pada tangannya dan sepertinya ia sulit untuk menggerakan kedua tangannya secara sempurna ketika berjalan. Meskipun demikian, sang cowo berusaha untuk menggenggam erat jari-jari pacarnya sambil menuntunnya ke tangga keluar itu. Wow, seakan ia berkata kepada pacarnya; “biarlah kugenggam erat tanganmu dan takan kulepaskan lagi.”


Melihat kejadian kecil ini, aku teringat cerita bijak; “Suatu waktu ketika melewati sungai yang deras airnya, seseorang yang berjalan dengan Tuhan meminta kepada-Nya; Tuhan, biarlah aku memegang tangan-Mu sehingga aku tidak akan terhanyut oleh derasnya air sungai ini. Tuhan menjawabnya; Tidak kawan! Bukan kamu yang memegang tangan-Ku tapi Akulah yang harus memegang tanganmu. Orang itu bertanya; “Kenapa Tuhan? Apa bedanya? Kawan, ketika engkau memegang tangan-Ku maka derasnya aliran air bisa membuat hatimu gementar, tenagamu berkurang dan engkau bisa melepaskan genggaman tanganmu pada-Ku, tapi ketika Aku yang menggenggam erat tanganmu, maka apa pun yang terjadi engkau tidak akan terlepas dalam genggamanku.” Ya, bukankah inilah yang Yesus perbuat ketika Petrus hendak tenggelam karena keragu-raguannya untuk berjalan kepada Yesus di atas air? Pasti bahwa Petrus mengulurkan tangannya tapi Yesuslah yang menggenggam erat tangannya dan mengangkatnya kembali ke perahu.


Menjadi kesempatan bagimu malam ini untuk bukan saja bercermin diri pada pasangan kekasih cacat fisik yang menunjukkan bahwa cinta akan mengubah segalanya, cinta akan menjadi alasan bagi mereka untuk saling menerima, cinta selalu menjadi dasar bagi mereka untuk berpijak dan berjalan bersama dalam suka maupun duka, tetapi juga Anda bercermin diri untuk bertanya; Apakah selama ini akulah yang memegang tangan Tuhan, atau membiarkan Tuhan menggenggam erat tangan-Ku ketika derita datang mendera, tantangan menerjang, dan persoalan hidup seakan tidak ada batasnya?


Si cowo dalam keterbatasan fisik, cacat di tangannya tidak menjadi halangan untuk memberi perlindungan, menuntun pacarnya dan berjalan bersama menaiki tangga itu. Mungkin ambil kesempatan biar sedikit saja di celah bacaanmu saat ini dan bertanya diri; Bagaimana dengan aku yang tidak memiliki cacat tubuh, hanya mungkin cacat hati karena kekurangan cinta, hanya karena kesombongan dan keangkuhan, hanya karena egoisme yang membelengguku? Sungguh, jika kita tidak lebih baik dari pasangan cacat itu, maka ingatlah bahwa kita telah mengabaikan sesuatu yang terberi kepada kita sebagai anugrah dari Allah yang tak hanya dirindukan oleh pasangan cacat, yang sampai kapan pun mereka tidak akan pernah memilikinya seperti dirimu.


Jika saja saat ini ketika Anda membaca kisah kecil ini dan menyadari serta bersyukur bahwa Anda memiliki segalanya, atau sekurang-kurangnya apa yang tidak dimiliki oleh pasangan cacat dalam cerita ini maka hendaknya tidak ada alasan untuk saling melepaskan genggaman terhadap pasanganmu, terhadap anak-anakmu, terhadap orang tuamu, dan terhadap sahabat-sahabatmu ketika derita menghadang di jalanmu, ketika rasa bosan menyerang rasamu, ketika pengkhianatan menjadi santapan harianmu. Ingatlah bahwa pasangan cacat tadi masih mempunyai alasan untuk bersyukur dan berbahagia walaupun hanya lewat genggaman erat di tangan dan senyum di wajah, tapi apa yang kurang darimu bila dibandingan dengan mereka? Atau mungkin karena engkau memiliki segalanya sehingga merasa aman bila melepaskan atau terlepas genggamanmu dari mereka yang Anda cintai, dan akhirnya dari genggaman tangan Tuhan.


Hanya doa kecil yang bisa kupanjatkan untukmu, sahabat-sahabatku malam ini; “Tuhan,  genggam eratlah tangan mereka, peluk mesralah tubuh mereka, dan biarlah mereka merasakan kehangatan dan kekuatan cinta yang mengalir dari tangan dan jantung-Mu  sendiri saat ini.”


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
***Duc in Altum*** 



No comments:

Post a Comment