Monday, March 12, 2012

BERDAMAI DENGAN MASA LALU


Masa lalu yang kelam telah menjadi momok menakutkan bagi banyak orang. Keluarga yang broken home, pelecehan seksual di masa kanak-kanak, pola pengasuhan yang salah, kesulitan ekonomi yang akut, ditinggal kekasih, narkoba dan sebagainya. Keadaan ini menjadi bayangan kelam yang mengejar sepanjang perjalanan kehidupan. Situasi ini menjadi beban yang menghambat untuk mencapai kepenuhan potensi diri. Lingkaran setan masa lalu bagaimanapun beratnya haruslah diputuskan. Caranya adalah berdamai dengan masa lalu. Merekonstruksi ulang makna masa lalu dalam kehidupan kita. Kalau dulu masa lalu dimaknai dengan ingatan yang membangkitkan kekesalan dan putus asa di dalam hati, kini masa lalu dimaknai sebagai keadaan yang mengarahkan kita pada rencana ilahi. Bukankah Dia sanggup menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya?

MEMBUKA DIRI UNTUK SEBUAH PROSES
Kesadaran bahwa ada sesuatu yang salah dengan kehidupan berkaitan dengan cara menyikapi masa lalu merupakan sebuah modal untuk melangkah ke jenjang berikutnya dari tangga menuju pemulihan. Trauma seseorang akan masa lalu kerap kali membuat mereka mempertanyakan kemampuannya mengatasi kenangan tersebut. Pertanyaan yang tepat untuk diajukan adalah maukah ia menggumulkan secara sungguh-sungguh proses pemulihan itu.

TITIK BALIK
Titik balik yang saya maksudkan dalam hal ini adalah keadaan yang memberikan energy bagi seseorang untuk berdiri dan secara tegas berkata ini merupakan hal yang salah dan tidak pantas diteruskan. Titik balik ini adalah situasi yang menyadarkan seseorang bahwa ia bukanlah korban dari keadaan, namun keadaan menjadikan ia korban tatkala ia mengizinkan hal tersebut.
Kerapkali orang yang terbelenggu dengan masa lalu digoda untuk mengatakan bahwa dirinya tidak beruntung. Dirinya adalah orang yang paling sial di dunia. Oleh sebab itu penting sekali bagi mereka untuk menemukan momentum titik balik.
Bill Wilson adalah gambaran seorang yang memiliki masa lalu yang kelam. Hidup dalam kemiskinan, orang tuanya bercerai, ibu yang alkoholik, ayah yang sakit-sakitan, bullying oleh teman-teman seusianya. Ia bahkan mengaku tidak pernah merasa dicintai oleh orang tuanya. Keadaan ini menjadikan Bill tidak percaya diri dan selalu menyendiri. Klimaksnya adalah pada usia empat belas tahun, ia ditinggal oleh ibunya di sebuah trotoar. Dalam keadaan yang begitu menyedihkan, seorang diaken dari dari sebuah gereja local menghampirinya selama tiga hari melihatnya luntang-lantung. Diaken yang bernama Dave Rudenis itu memberinya makan dan menawarinya untuk mengikuti retreat kaum muda. Dalam salah satu kebaktian, ia mengalami titik balik dalam kehidupannya. Remaja kurus kerempeng dengan gigi menonjol keluar dan rahang yang tampak cacat dan celana yang selalu berlubang itu untuk pertama kalinya mendengar ada Tuhan yang mau mati bagi dia, Pribadi yang mengasihinya. Bill menyatakan bahwa masa depannya tidak akan pernah sama lagi sejak malam itu. Bill kemudian dikenal sebagai pendiri Metro Ministries International di Brooklyn New Yerk. Organisasi pelayanan yang menjangkau lebih dari 22.000 anak setiap minggu.

TEKAD
Perjalanan berdamai dengan masa lalu pastilah dipenuhi dengan rintangan, halangan, dan onak duri. Mungkin saja itu adalah intimidasi dalam diri sehingga dorongan untuk tidak memperjuangkan pemulihan menghujam dengan keras. Disinilah diperlukan tekad. Kemauan yang pasti, kebulatan hati. Niat dikombinasikan dengan tekad akan menghasilkan kekuatan yang luar biasa untuk melangkah terus di tengah hujan intimidasi.
Berdamai dengan masa lalu memerlukan ruang kegagalan. Barangkali kita ingin mundur, ingin pasrah, sambil bernyanyi sendu "takdir memang kejam," menerima keadaan secara negative. Kita harus menyadari bahwa di tengah perjalanan menuju perubahan yang lebih baik rintangan dan halangan akan terjadiu. Kalaupun kita jatuh tersungkur dan kemudian berniat untuk berhenti bahkan lebih parah lagi mundur, tekad memungkinkan kita untuk terus bangkit dan kembali pada track pemulihan.

MENGUBAH PERSPEKTIF
Manusia hanya dapat melihat secara pasti masa lalu dan masa kini. Masa depan adalah proyeksi dari apa yang kita putuskan pada hari ini. Banyak orang yang dibelenggu oleh masa lalu karena memproyeksikan masa depan berdasarkan masa lalu sehingga membuat keputusan yang salah pada masa kini.
Berdamai dengan masa lalu artinya bersedia untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda terkait dengan sebuah peristiwa ataupun rentetan peristiwa yang tidak menyenangkan dalam kehidupan. Saya mengenal seorang teamn yang memiliki masa lalu yang tidak "bersahabat" sehubungan dengan narkoba. Hari ini dia menjadi pemimpin dari sebuah pasnti rehabilitasi korban narkoba. Dulu ia mengutuki kemalangannya. Tapi, perspektif yang benar membawanya menjadi seorang yang sangat efektif dalam mengangkat orang keluar dari lubang narkotika.
Mulai hari ini, melangkahlah dengan kemauan yang besar, kebulatan tekad. Bagaikan kerang yag tetap bertahan waktu merasa kesakitan akibat kemasukan benda asing dalam tubuhnya, pandanglah masa lalu yang menyakitkan pun potensial untuk memproduksi mutiara-mutiara kehidupan yang indah. Dennis Waitley, seorang pembicara, motivator dan penulis terkenal berkata, "Ada dua pilihan utama dalam kehidupan: menerima keadaan sebagaimana adanya atau menerima tanggung jawab untuk mengubahnya." Berdamailah dengan masa lalu dan maknailah masa lalu dengan benar!

Kita hidup dalam tiga dimensi waktu: masa lalu, masa kini, dan masa depan. Bagaimana sikap dan cara kita melewati masa-masa itu menentukan keberhasilan kita dalam hidup di dunia ini, bahkan dalam kekekalan kelak.
Salah satu di antaranya adalah sikap kita terhadap masa lalu. Kita akan mem-bahasnya melalui Yesaya 43:18-21. Tuhan tidak melarang kita mengingat masa lalu. Kita boleh mengingat masa lalu, dan mengevaluasi masalalu. Tetapi kita tidak boleh ‘mengingat-ingat’, yaitu menaruh dalam memori kita secara begitu mendalam.

Mengapa TUHAN melarang umat-Nya untuk mengingat-ingat masa lalu?

1.Keberhasilan Di Masa Lalu
Apabila di masa lalu ada keberhasilan, maka ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu: bisa menimbulkan kesombongan, atau kita merasa cukup puas dan tidak mau memacu diri lagi untuk prestasi yang lebih baik lagi.
Dalam keberhasilan tersebut ada dua kemungkinan bagaimana sikap kita terhadap orang lain. Pertama, kita menghargai peran serta orang lain. Bersama-sama merupakan satu tim (TEAM = Together Everyone Achieve More). Kedua, dalam keberhasilan kita melupakan peran serta orang lain. Kita merasa bahwa keberhasilan itu merupakan prestasi seseorang saja. Dan ini tentunya bisa menimbulkan kepahitan di hati orang yang pernah memberikan kontribusi penting dalam keberhasilan atau prestasi tersebut.

2. Kegagalan Di Masa Lalu
Apabila di masa lalu terjadi kegagalan, maka kita bisa mengalami rasa bersalah yang berkepanjangan, atau merasa trauma akibat kegagalan tersebut sehingga tidak mau terjun dalam bidang pelayanan itu lagi.
Dalam kegagalan tersebut ada dua kemungkinan bagaimana sikap kita terhadap orang lain. Pertama, kita menyalahkan orang lain. Ini adalah hal yang paling mudah yang dilakukan manusia ... sejak di Taman Eden. Hal ini tentu ini juga akan menimbulkan kepahitan di hati orang yang dituduh sebagai penyebab kegagalan. Kedua, kita kemudian memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang lain. Hal ini merugikan diri kita. Mungkin saja memang ada orang yang salah dalam mengambil keputusan atau dalam mengeksekusi keputusan di lapangan di masa lalu, tetapi kesalahan itu belum tentu diulanginya kembali. Bahkan orang bisa belajar banyak dari kesalahan di masa lalu kemudian menjadi semakin berhati-hati dan semakin bijaksana.

3. Ada Hal-hal Baru
TUHAN hendak membuat sesuatu yang baru. Jika kita terus mengingat-ingat masa lalu, kita bisa tidak bersedia menerima hal baru yang TUHAN kerjakan karena kita telah merasa mapan, atau kita menjadi frustrasi karena kegagalan. Jika kita menolak hal-hal baru yang Tuhan sediakan maka kita akan mengalami stagnasi.
Selalu harus ada hal yang baru: cara pandang yang baru, cara berelasi yang baru, kreativitas baru, dan sebagainya. Tuhan memberi kepada kita kreativitas untuk menghasil-kan hal-hal baru.
Hal baru yang Tuhan sediakan bagi kita adalah seperti ‘jalan di padang gurun’ (a way in the wilderness) dan ‘sungai di padang belantara’ (rivers in the desert). Itu berarti hal-hal baru tersebut menyegarkan, menggembirakan, memulihkan.

4. Proses Pembentukan
Damai dengan masa lalu berarti menjadikan masa lalu sebagai pengalaman yang amat berharga, di mana Tuhan telah menuntun kita. Yang Tuhan nilai bukan prestasi kita, melainkan lebih kepada pembentukan karakter dalam diri kita. Karakter ilahi terbentuk dalam pelayanan bersama, bukan dalam pelayanan sendiri-sendiri (Efs. 4:1-7). Bukankah besi menajamkan besi dan orang menajamkan sesamanya? (Ams. 27:17).
Bersyukurlah kepada Tuhan untuk proses pembentukan karakter dalam diri Anda melalui rekan-rekan Anda. Tidak boleh ada kepahitan hati, sebab kepahitan akan menjadi sumbat karya Allah selanjutnya dalam diri Anda, dan kepahitan merupakan suasana kondusif bagi sel-sel patogen dalam diri kita yang bisa membawa kita kepada penyakit yang menyengsarakan (Ibr. 12:15).

Untuk bisa berdamai dengan masa lalu, inilah yang harus kita lakukan:
1. Menerima karya pendamaiaan Yesus Kristus di kayu salib Golgota yang mendamai-kan kita dengan Allah.
2. Menerima dan mengampuni rekan sepelayanan kita jika mereka bersalah.
3. Mensyukuri adanya teguran dari rekan sepelayanan kita ketika kita bersalah.
4. Menerima keberhasilan dengan kerendahan hati dan penuh pengucapan syukur kepada Tuhan.
5. Menerima kegagalan diri sendiri sebagai satu pelajaran berharga untuk keberhasilan yang kan datang.

No comments:

Post a Comment