Masa lalu yang kelam telah menjadi momok menakutkan bagi
banyak orang. Keluarga yang broken home, pelecehan seksual di masa kanak-kanak,
pola pengasuhan yang salah, kesulitan ekonomi yang akut, ditinggal kekasih,
narkoba dan sebagainya. Keadaan ini menjadi bayangan kelam yang mengejar
sepanjang perjalanan kehidupan. Situasi ini menjadi beban yang menghambat untuk
mencapai kepenuhan potensi diri. Lingkaran setan masa lalu bagaimanapun
beratnya haruslah diputuskan. Caranya adalah berdamai dengan masa lalu. Merekonstruksi
ulang makna masa lalu dalam kehidupan kita. Kalau dulu masa lalu dimaknai
dengan ingatan yang membangkitkan kekesalan dan putus asa di dalam hati, kini
masa lalu dimaknai sebagai keadaan yang mengarahkan kita pada rencana ilahi.
Bukankah Dia sanggup menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya?
MEMBUKA DIRI UNTUK SEBUAH PROSES
Kesadaran bahwa ada sesuatu yang salah dengan kehidupan berkaitan
dengan cara menyikapi masa lalu merupakan sebuah modal untuk melangkah ke
jenjang berikutnya dari tangga menuju pemulihan. Trauma seseorang akan masa
lalu kerap kali membuat mereka mempertanyakan kemampuannya mengatasi kenangan
tersebut. Pertanyaan yang tepat untuk diajukan adalah maukah ia menggumulkan
secara sungguh-sungguh proses pemulihan itu.
TITIK BALIK
Titik balik yang saya maksudkan dalam hal ini adalah keadaan yang
memberikan energy bagi seseorang untuk berdiri dan secara tegas berkata ini
merupakan hal yang salah dan tidak pantas diteruskan. Titik balik ini adalah
situasi yang menyadarkan seseorang bahwa ia bukanlah korban dari keadaan, namun
keadaan menjadikan ia korban tatkala ia mengizinkan hal tersebut.
Kerapkali orang yang terbelenggu dengan masa lalu digoda untuk
mengatakan bahwa dirinya tidak beruntung. Dirinya adalah orang yang paling sial
di dunia. Oleh sebab itu penting sekali bagi mereka untuk menemukan momentum
titik balik.
Bill Wilson adalah gambaran seorang yang memiliki masa lalu yang
kelam. Hidup dalam kemiskinan, orang tuanya bercerai, ibu yang alkoholik, ayah
yang sakit-sakitan, bullying oleh teman-teman seusianya. Ia bahkan mengaku tidak pernah merasa
dicintai oleh orang tuanya. Keadaan ini menjadikan Bill tidak percaya diri dan
selalu menyendiri. Klimaksnya adalah pada usia empat belas tahun, ia ditinggal
oleh ibunya di sebuah trotoar. Dalam keadaan yang begitu menyedihkan, seorang
diaken dari dari sebuah gereja local menghampirinya selama tiga hari melihatnya
luntang-lantung. Diaken yang bernama Dave Rudenis itu memberinya makan dan
menawarinya untuk mengikuti retreat kaum muda. Dalam salah satu kebaktian, ia
mengalami titik balik dalam kehidupannya. Remaja kurus kerempeng dengan gigi
menonjol keluar dan rahang yang tampak cacat dan celana yang selalu berlubang
itu untuk pertama kalinya mendengar ada Tuhan yang mau mati bagi dia, Pribadi
yang mengasihinya. Bill menyatakan bahwa masa depannya tidak akan pernah sama
lagi sejak malam itu. Bill kemudian dikenal sebagai pendiri Metro Ministries
International di Brooklyn New Yerk. Organisasi pelayanan yang menjangkau lebih dari
22.000 anak setiap minggu.
TEKAD
Perjalanan berdamai dengan masa lalu
pastilah dipenuhi dengan rintangan, halangan, dan onak duri. Mungkin saja itu
adalah intimidasi dalam diri sehingga dorongan untuk tidak memperjuangkan
pemulihan menghujam dengan keras. Disinilah diperlukan tekad. Kemauan yang
pasti, kebulatan hati. Niat dikombinasikan dengan tekad akan menghasilkan
kekuatan yang luar biasa untuk melangkah terus di tengah hujan intimidasi.
Berdamai dengan masa lalu memerlukan
ruang kegagalan. Barangkali kita ingin mundur, ingin pasrah, sambil bernyanyi
sendu "takdir memang kejam," menerima keadaan secara negative. Kita
harus menyadari bahwa di tengah perjalanan menuju perubahan yang lebih baik
rintangan dan halangan akan terjadiu. Kalaupun kita jatuh tersungkur dan
kemudian berniat untuk berhenti bahkan lebih parah lagi mundur, tekad
memungkinkan kita untuk terus bangkit dan kembali pada track pemulihan.
MENGUBAH PERSPEKTIF
Manusia hanya dapat melihat secara
pasti masa lalu dan masa kini. Masa depan adalah proyeksi dari apa yang kita
putuskan pada hari ini. Banyak orang yang dibelenggu oleh masa lalu karena
memproyeksikan masa depan berdasarkan masa lalu sehingga membuat keputusan yang
salah pada masa kini.
Berdamai dengan masa lalu artinya
bersedia untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda terkait dengan sebuah
peristiwa ataupun rentetan peristiwa yang tidak menyenangkan dalam kehidupan.
Saya mengenal seorang teamn yang memiliki masa lalu yang tidak "bersahabat"
sehubungan dengan narkoba. Hari ini dia menjadi pemimpin dari sebuah pasnti
rehabilitasi korban narkoba. Dulu ia mengutuki kemalangannya. Tapi, perspektif
yang benar membawanya menjadi seorang yang sangat efektif dalam mengangkat
orang keluar dari lubang narkotika.
Mulai hari ini, melangkahlah dengan
kemauan yang besar, kebulatan tekad. Bagaikan kerang yag tetap bertahan waktu
merasa kesakitan akibat kemasukan benda asing dalam tubuhnya, pandanglah masa
lalu yang menyakitkan pun potensial untuk memproduksi mutiara-mutiara kehidupan
yang indah. Dennis Waitley, seorang pembicara, motivator dan penulis terkenal
berkata, "Ada dua pilihan utama dalam kehidupan: menerima keadaan
sebagaimana adanya atau menerima tanggung jawab untuk mengubahnya."
Berdamailah dengan masa lalu dan maknailah masa lalu dengan benar!
Kita hidup dalam tiga dimensi waktu:
masa lalu, masa kini, dan masa depan. Bagaimana sikap dan cara kita melewati
masa-masa itu menentukan keberhasilan kita dalam hidup di dunia ini, bahkan
dalam kekekalan kelak.
Salah satu di antaranya adalah sikap
kita terhadap masa lalu. Kita akan mem-bahasnya melalui Yesaya 43:18-21. Tuhan
tidak melarang kita mengingat masa lalu. Kita boleh mengingat masa lalu, dan
mengevaluasi masalalu. Tetapi kita tidak boleh ‘mengingat-ingat’, yaitu menaruh
dalam memori kita secara begitu mendalam.
Mengapa TUHAN melarang umat-Nya
untuk mengingat-ingat masa lalu?
1.Keberhasilan Di Masa Lalu
Apabila di masa lalu ada
keberhasilan, maka ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu: bisa
menimbulkan kesombongan, atau kita merasa cukup puas dan tidak mau memacu diri
lagi untuk prestasi yang lebih baik lagi.
Dalam keberhasilan tersebut ada dua
kemungkinan bagaimana sikap kita terhadap orang lain. Pertama, kita menghargai peran serta orang lain.
Bersama-sama merupakan satu tim (TEAM = Together Everyone Achieve More). Kedua,
dalam keberhasilan kita melupakan peran serta orang lain. Kita merasa bahwa
keberhasilan itu merupakan prestasi seseorang saja. Dan ini tentunya bisa menimbulkan
kepahitan di hati orang yang pernah memberikan kontribusi penting dalam
keberhasilan atau prestasi tersebut.
2. Kegagalan Di Masa Lalu
Apabila di masa lalu terjadi kegagalan, maka kita bisa
mengalami rasa bersalah yang berkepanjangan, atau merasa trauma akibat
kegagalan tersebut sehingga tidak mau terjun dalam bidang pelayanan itu lagi.
Dalam kegagalan tersebut ada dua kemungkinan bagaimana
sikap kita terhadap orang lain. Pertama, kita menyalahkan orang lain. Ini
adalah hal yang paling mudah yang dilakukan manusia ... sejak di Taman Eden. Hal ini tentu ini
juga akan menimbulkan kepahitan di hati orang yang dituduh sebagai penyebab
kegagalan. Kedua, kita
kemudian memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang lain. Hal ini
merugikan diri kita. Mungkin saja memang ada orang yang salah dalam mengambil
keputusan atau dalam mengeksekusi keputusan di lapangan di masa lalu, tetapi
kesalahan itu belum tentu diulanginya kembali. Bahkan orang bisa belajar banyak
dari kesalahan di masa lalu kemudian menjadi semakin berhati-hati dan semakin
bijaksana.
3. Ada Hal-hal Baru
TUHAN hendak membuat sesuatu yang
baru. Jika kita terus mengingat-ingat masa lalu, kita bisa tidak bersedia
menerima hal baru yang TUHAN kerjakan karena kita telah merasa mapan, atau kita
menjadi frustrasi karena kegagalan. Jika kita menolak hal-hal baru yang Tuhan
sediakan maka kita akan mengalami stagnasi.
Selalu harus ada hal yang baru: cara
pandang yang baru, cara berelasi yang baru, kreativitas baru, dan sebagainya. Tuhan
memberi kepada kita kreativitas untuk menghasil-kan hal-hal baru.
Hal baru yang Tuhan sediakan bagi
kita adalah seperti ‘jalan di padang gurun’ (a way in the wilderness) dan
‘sungai di padang belantara’ (rivers in the desert). Itu berarti hal-hal baru
tersebut menyegarkan, menggembirakan, memulihkan.
4. Proses Pembentukan
Damai dengan masa lalu berarti
menjadikan masa lalu sebagai pengalaman yang amat berharga, di mana Tuhan telah
menuntun kita. Yang Tuhan nilai bukan prestasi kita, melainkan lebih kepada
pembentukan karakter dalam diri kita. Karakter ilahi terbentuk dalam pelayanan
bersama, bukan dalam pelayanan sendiri-sendiri (Efs. 4:1-7). Bukankah besi
menajamkan besi dan orang menajamkan sesamanya? (Ams. 27:17).
Bersyukurlah kepada Tuhan untuk proses
pembentukan karakter dalam diri Anda melalui rekan-rekan Anda. Tidak boleh ada
kepahitan hati, sebab kepahitan akan menjadi sumbat karya Allah selanjutnya
dalam diri Anda, dan kepahitan merupakan suasana kondusif bagi sel-sel patogen
dalam diri kita yang bisa membawa kita kepada penyakit yang menyengsarakan
(Ibr. 12:15).
Untuk bisa berdamai dengan masa lalu, inilah
yang harus kita lakukan:
1. Menerima karya pendamaiaan Yesus Kristus
di kayu salib Golgota yang mendamai-kan kita dengan Allah.
2. Menerima dan mengampuni rekan sepelayanan
kita jika mereka bersalah.
3. Mensyukuri adanya teguran dari rekan
sepelayanan kita ketika kita bersalah.
4. Menerima keberhasilan dengan kerendahan
hati dan penuh pengucapan syukur kepada Tuhan.
5. Menerima kegagalan diri sendiri sebagai
satu pelajaran berharga untuk keberhasilan yang kan datang.