Monday, March 19, 2012

B E L U M

Pada awalnya aku bukanlah sebuah cangkir.

Pernah dalam hidupku...aku hanya segumpal tanah liat. Kemudian Tuanku mengambilku dan mulai menepuk-nepuk, menggenggam, dan membentuk aku. Rasanya sangat sakit dan aku minta Dia berhenti. Tetapi Dia hanya tersenyum dan berkata, " BELUM ! ".

Kemudian Dia menempatkan aku di atas pelarikan tukang periuk dan memutar aku. Aku merasa mual dan hampir tidak tahan lagi....akhirnya Dia menurunkan aku.
Pada saat aku menyangka keadaan sudah aman kembali, Tuanku memasukkan aku ke dalam tanur api. Aku tidak bisa memahami mengapa Dia tega membakar aku. Aku berteriak dan meminta agar Dia berhenti dan mengeluarkan aku. Dengan samar-samar aku dapat melihat Dia melalui kaca di pintu tanur api, Dia hanya tersenyum...menggelengkan kepala sambil berkata, " BELUM !".
Pada akhirnya Dia datang dan mengeluarkan aku, " Ah... ini sudah kembali nyaman ", ucapku dalam hati.

Tiba-tiba Tuanku mengangkat aku dan mulai mengamplas dan menyapuku. Dia mengambil sebuah kuas dan mulai mengecat aku dengan berbagai warna yang menutupi diriku seluruhnya. Baunya begitu tajam sehingga rasanya aku mau pingsan. Aku memohon agar Dia berhenti...tetapi Dia hanya tersenyum dan berkata," BELUM !".

Kemudian Dia memasukkan aku ke dalam tanur api yang lain....dua kali lebih panas daripada yang pertama. Aku yakin akan mati lemas. Aku memohon, mendesak, berteriak, dan menangis. Tetapi Dia hanya tersenyum dan berkata, " BELUM !". Aku mulai putus asa...aku berpikir tidak mungkin aku selamat.

Kemudian pintu tanur api dibuka lebar-lebar dan Tuanku berkata, " Sekarang SUDAH ".
Ia mengangkatku dan menempatkan aku di sebuah rak untuk beristirahat. Tidak lama kemudian Dia datang kepadaku dengan sebuah cermin dan mengajak aku untuk berkaca. Ketika aku memandang ke arah cermin, aku hampir tidak percaya dengan apa yang kulihat. Aku berseru, " Wah...cantik sekali cangkir ini ".

 
Kemudian Tuanku menjelaskan :
" Aku ingin agar engkau menyadari bahwa aku tahu engkau merasa sakit ketika Aku menepuk-nepuk dan membentuk engkau. Aku tahu bahwa berputar-putar di atas pelarikan membuat engkau mual. Namun andaikata waktu itu Aku berhenti, engkau akan menjadi kering dan seterusnya akan tetap menjadi segumpal tanah liat saja...tidak akan memiliki ciri-ciri pribadi dalam hidupmu ".

" Aku tahu engkau kepanasan ketika Aku memasukkan engkau ke dalam tanur api yang pertama. Namun andaikata Aku tidak melakukannya, engkau akan tetap rapuh dan mudah sekali hancur ".

" Aku tahu engkau merasa kurang nyaman ketika diamplas dan dicat. Tetapi bila Aku tidak melakukannya, engkau tidak akan pernah memiliki warna apapun dalam hidupmu ".

" Satu hal lagi.... Aku menyadari sekali bahwa tanur api yang kedua sangat membuat engkau sengsara. Tetapi mohon dipahami...andaikata Aku tidak memasukkan engkau ke dalamnya, engkau tidak akan mampu bertahan dalam segala tekanan hidup. Kekuatanmu tidak akan mampu bertahan lama, sehingga masa hidupmu sangat terbatas ".


Ketika engkau berpikir bahwa penderitaanmu sungguh amat berat, Aku masih memperhatikan engkau.
Sejak dahulu Aku tahu engkau akan menjadi apa hari ini.
Aku sudah membayangkan hasil akhir dari saat Aku menyentuh engkau untuk pertama kalinya.

No comments:

Post a Comment