Pada awalnya aku bukanlah sebuah cangkir.
Pernah dalam hidupku...aku hanya segumpal tanah liat. Kemudian
Tuanku mengambilku dan mulai menepuk-nepuk, menggenggam, dan membentuk aku.
Rasanya sangat sakit dan aku minta Dia berhenti. Tetapi Dia hanya tersenyum dan
berkata, " BELUM ! ".
Kemudian Dia menempatkan aku di atas
pelarikan tukang periuk dan memutar aku. Aku merasa mual dan hampir tidak tahan
lagi....akhirnya Dia menurunkan aku.
Pada saat aku menyangka keadaan sudah
aman kembali, Tuanku memasukkan aku ke dalam tanur api. Aku tidak bisa memahami
mengapa Dia tega membakar aku. Aku berteriak dan meminta agar Dia berhenti dan
mengeluarkan aku. Dengan samar-samar aku dapat melihat Dia melalui kaca di
pintu tanur api, Dia hanya tersenyum...menggelengkan kepala sambil berkata,
" BELUM !".
Pada akhirnya Dia datang dan
mengeluarkan aku, " Ah... ini sudah kembali nyaman ", ucapku dalam
hati.
Tiba-tiba Tuanku mengangkat aku
dan mulai mengamplas dan menyapuku. Dia mengambil sebuah kuas dan mulai
mengecat aku dengan berbagai warna yang menutupi diriku seluruhnya. Baunya
begitu tajam sehingga rasanya aku mau pingsan. Aku memohon agar Dia
berhenti...tetapi Dia hanya tersenyum dan berkata," BELUM !".
Kemudian Dia memasukkan aku ke
dalam tanur api yang lain....dua kali lebih panas daripada yang pertama. Aku yakin akan mati lemas. Aku
memohon, mendesak, berteriak, dan menangis. Tetapi Dia hanya tersenyum dan
berkata, " BELUM !". Aku mulai putus asa...aku berpikir tidak mungkin
aku selamat.
Kemudian pintu tanur api dibuka
lebar-lebar dan Tuanku berkata, " Sekarang SUDAH ".
Ia mengangkatku dan menempatkan aku
di sebuah rak untuk beristirahat. Tidak lama kemudian Dia datang kepadaku
dengan sebuah cermin dan mengajak aku untuk berkaca. Ketika aku memandang ke
arah cermin, aku hampir tidak percaya dengan apa yang kulihat. Aku berseru,
" Wah...cantik sekali cangkir ini ".
Kemudian Tuanku menjelaskan :
" Aku ingin agar engkau
menyadari bahwa aku tahu engkau merasa sakit ketika Aku menepuk-nepuk dan
membentuk engkau. Aku tahu bahwa berputar-putar di atas pelarikan membuat
engkau mual. Namun andaikata waktu itu Aku berhenti, engkau akan menjadi kering
dan seterusnya akan tetap menjadi segumpal tanah liat saja...tidak akan
memiliki ciri-ciri pribadi dalam hidupmu ".
" Aku tahu engkau kepanasan
ketika Aku memasukkan engkau ke dalam tanur api yang pertama. Namun andaikata
Aku tidak melakukannya, engkau akan tetap rapuh dan mudah sekali hancur ".
" Aku tahu engkau merasa kurang
nyaman ketika diamplas dan dicat. Tetapi bila Aku tidak melakukannya, engkau
tidak akan pernah memiliki warna apapun dalam hidupmu ".
" Satu hal lagi.... Aku
menyadari sekali bahwa tanur api yang kedua sangat membuat engkau sengsara.
Tetapi mohon dipahami...andaikata Aku tidak memasukkan engkau ke dalamnya,
engkau tidak akan mampu bertahan dalam segala tekanan hidup. Kekuatanmu tidak
akan mampu bertahan lama, sehingga masa hidupmu sangat terbatas ".
Ketika engkau berpikir bahwa penderitaanmu sungguh amat berat, Aku masih
memperhatikan engkau.
Sejak dahulu Aku tahu engkau akan menjadi apa hari ini.
Aku sudah membayangkan hasil akhir dari saat Aku menyentuh engkau untuk
pertama kalinya.
No comments:
Post a Comment