Wednesday, March 7, 2012

HARI AYAH



Rambutnya dibuntut kuda, rok favoritnya dihiasi pita.

Hari ini Hari Ayah, dia sudah tak sabar ingin segera berangkat ke sekolah. Tetapi ibunya mencoba menjelaskan, bahwa sebaiknya dia tinggal di rumah.

Apa salahnya datang ke sekolah sendirian, anak-anak mungkin tidak mengerti.

Tetapi gadis cilik itu tidak takut ; dia tahu apa yang harus dia katakan.

Apa yang harus dia katakan kepada kawan-kawan sekelasnya pada Hari Ayah ini. Namun ibunya tetap cemas, karena putrinya harus menghadapi hari ini sendirian. Itu sebabnya, lagi-lagi ibunya mencoba menyuruhnya tinggal di rumah saja.

Tetapi gadis cilik itu pergi ke sekolah, tak sabar untuk segera bercerita pada mereka. Tentang Ayah yang tak pernah dilihatnya, Ayah yang tak pernah menjenguknya.

Para ayah berdiri di belakang kelas, siap untuk diperkenalkan. Anak-anak mulai tidak sabar, duduk gelisah di kursi mereka. Satu per satu anak-anak di kelas dipanggil guru dan maju untuk memperkenalkan ayah mereka.

Sementara detik demi detik berlalu pelan, akhirnya guru memanggil namanya, semua anak berpaling memandangnya. Semua mencari seorang pria yang tak ada disana.

"Dimana ayahnya?", seorang anak laki-laki berseru.
"Mungkin dia tak punya ayah", seorang anak yang lain lancang berteriak.
Dan dari belakang kelas, dia mendengar seorang ayah berkata, "Wah, lagi-lagi ada ayah brengsek, terlalu sibuk dan tak punya waktu".

Kata-kata itu tidak membuatnya tersinggung, dia tersenyum kepada kawan-kawannya. Lalu berpaling kembali kepada gurunya yang menyuruhnya memulai berbicara.

Dengan kedua tangan di balik punggung, pelan-pelan dia berbicara. Dari mulut gadis cilik itu, keluarlah kata-kata yang sangat unik,

" Ayahku tidak bisa datang karena dia tinggal sangat jauh. Tetapi aku tahu dia ingin sekali berada disini bersamaku... hari ini. Meskipun kalian tidak bisa bertemu dengannya, aku ingin kalian tahu ... Semuanya tentang ayahku.. dan bahwa dia sangat mencintaiku."

" Dia suka mendongeng untukku, dia mengajariku naik sepeda. Dia memberiku seikat mawar merah jambu sebagai kejutan dan mengajariku menerbangkan layang-layang. kami sering berbagi es krim, satu es krim untuk berdua".

"Meskipun kalian tidak bisa melihat dia, aku tidak berdiri sendirian disini...karena ayahku selalu bersamaku meskipun kami terpisah. Aku tahu karena dia berkata padaku, dia akan selalu tinggal di hatiku".

Kemudian dia meletakkan tangannya di dadanya. Merasakan detak jantungnya sendiri, di balik rok favoritnya.

Dan diantara para ayah, ibunya berdiri dengan air mata berlinang. Dengan bangga memandang putrinya, yang mempunyai kearifan melebihi usianya. karena dia berani menyatakan cinta seorang ayah yang tidak pernah hadir dalam hidupnya. Berani melakukan yang terbaik baginya, melakukan apa yang seharusnya dilakukan.

Kemudian gadis cilik itu meletakkan tangannya ke balik punggung lagi dan memandang hadirin lekat-lekat. Dia mengakhiri kata-katanya dengan suara sangat lembut, tetapi isi pesannya jelas dan jernih.

"Aku sangat mencintai ayahku, dia bintang penerangku. Dia tidak bisa hadir disini... karena surga terlalu jauh. Tetapi jika aku memejamkan mata, aku merasa dia tak pernah pergi meninggalkan aku".

Kemudian dia memejamkan mata, dan melihat ayahnya hadir disana hari itu.

Dan ibunya terkejut melihat... satu ruangan penuh ayah-ayah dan anak-anak, semua memejamkan mata.

Siapa yang tahu apa yang mereka lihat dengan mata terpejam...siapa yang tahu apa yang mereka rasakan di dalam hati. Mungkin selama satu detik...mereka melihat ayah gadis cilik itu berdiri di samping putrinya.

"Aku tahu ayah ada disini bersamaku", gadis cilik itu berkata dalam keheningan.

Apa yang terjadi berikutnya membuat mereka percaya, meskipun semula meragukan. Tak seorangpun di ruangan itu bisa menjelaskan, karena mata mereka semua terpejam. Entah dari mana...di atas meja gadis cilik itu, tergolek sekuntum mawar merah jambu yang wangi.

Seorang gadis cilik terberkati, walau mungkin hanya untuk sesaat, dengan cinta yang ditaburkan bintang penerangnya.

Dan keyakinannya diteguhkan...bahwa surga tidaklah terlalu jauh.





No comments:

Post a Comment