Foot Prints (2)
Sepanjang perjalanan, jejak-jejak kaki Tuhan tetap dan mantap, langkahnya nyaris tak berubah.
Namun, jejak-jejak langkahmu membentuk suatu alur yang tak teratur, dengan berbagai zigzag, langkah-langkah awal dan perhentian, membelok, putar haluan, pergi dan kembali lagi.
Hampir sepanjang perjalanan tampaknya jejak-jejak langkahmu meninggalkan alur yang demikian, tetapi, perlahan-lahan jejak langkahmu mulai lebih seirama dengan jejak langkah Tuhan, dan segera sama mantap dengan langkah-Nya.
Engkau dan Tuhan berjalan bersama sebagai sahabat sejati.
Tampaknya sempurna, tetapi kemudian sesuatu yang menarik terjadi: jejak-jejak langkahmu, yang tadinya meninggalkan bekas di atas pasir di samping jejak-jejak langkah Tuhan, sekarang berada tepat dalam jejak-jejak langkah-Nya.
Dalam jejak-jejak langkah kaki-Nya yang besar terdapat jejak-jejak langkah kakimu yang mungil, engkau dan Tuhan menjadi satu!
Hal ini berlangsung hingga beberapa mil jauhnya, tetapi perlahan-lahan engkau memperhatikan terjadinya suatu perubahan lain. Jejak-jejak kaki mungil dalam jejak-jejak kaki yang lebih besar, kini tampak mulai membesar pula.
Pada akhirnya, jejak langkah kakimu pun menghilang. Sekarang hanya tinggal sepasang jejak langkah kaki; keduanya telah menyatu.
Hal ini berlangsung cukup lama, tetapi sekonyong-konyong sepasang jejak langkah kaki yang kedua muncul kembali. Kali ini tampaknya jauh lebih parah! Jejak-jejak zigzag di sana sini. Berhenti. Melangkah. Menyapu pasir. Bermacam-ragam jejak langkah yang kacau.
Engkau terkejut dan tergoncang. Segala mimpimu sirna sudah. Sekarang engkau berdoa:
“Tuhan, aku mengerti adegan yang pertama, dengan langkah-langkah zigzag yang berubah menjadi seirama. Aku seorang umat Kristiani baru; aku baru belajar. Tetapi Engkau berjalan melintasi badai dan membantuku belajar untuk berjalan besama-Mu.”
“Ya, benar.”
“Dan ketika jejak-jejak langkah yang mungil itu berada dalam jejak-jejak langkah-Mu, sesungguhnya aku sedang belajar berjalan menurut jejak-jejak langkah-Mu, mengikuti-Mu dengan seksama.”
“Baik sekali. Sejauh ini engkau telah memahami semuanya dengan baik.”
“Ketika jejak-jejak kaki yang mungil itu tumbuh besar dan mengisi penuh jejak-jejak kaki-Mu, aku pikir aku menjadi serupa dengan Engkau dalam segala hal.”
“Tepat.”
“Jadi Tuhan, adakah terjadi kemunduran atau sesuatu? Jejak-jejak langkah itu terpisah dan kali ini lebih parah dari yang pertama.”
Jeda sejenak, sementara Tuhan menjawab dengan nada mesra dalam suara-Nya.
“Tidak tahukah engkau? Itulah saat-saat di mana kita menari bersama!”
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya: ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari.” ~ Pengkhotbah 3:1,4
No comments:
Post a Comment